Sunday, December 10, 2017

CURHATAN PSK KALIJODO SOAL PRILAKU PRIA HIDUNG BELANG

CURHATAN PSK KALIJODO SOAL PRILAKU PRIA HIDUNG BELANG

PSK KALIJODOH = CurcolPSK

CurcolPSK.- Kalijodo sebentar lagi tinggal kenangan. Pemprov DKI Jakarta bertekad menertibkannya. Tapi sejumlah cerita masih tersisa. Tak terkecuali dari para pekerja seks komersial (PSK) yang beraktivitas di sana.

Salah satunya dari R. Selama 6 tahun menjadi PSK di Kalijodo, Penjaringan, Jakarta Utara, R sudah melayani ratusan pria hidung belang. Mulai dari remaja hingga pria lanjut usia.
R menceritakan pengalaman, kepada Media, saat melayani pemuda tanggung.
"Dia mengaku baru masuk kuliah. Lucunya, dia malah takut dan diam aja," ujar R memulai ceritanya.
R merasa beruntung, tak jadi melayani pemuda tanggung itu. Sebab, si pemuda gemetar dan langsung "selesai." R tetap mendapat bayaran.

Lain pula dengan D, PSK yang masih kuliah di Universitas Swasta di Jakarta itu mengaku cuma bekerja freelance di sebuah kafe.
"Mas beruntung nih ketemu saya, saya lagi iseng dan kangen Kalijodo. Enggak biasa (mangkal) di sini. Kalau dulu memang di sini," ujar D.
D meninggalkan Kalijodo karena sudah menjadi "teman" seorang pengusaha tua. Namun, si pengusaha tak mau menjadikan dia sebagai istri simpanan, meski pengusaha itu tetap memberikan uang setiap minggu."Biasalah, Mas, dia kan sibuk. Cuma sekali seminggu saja bertemu. Tapi, sejak istrinya pulang dari luar negeri, saya enggak dihubungi lagi, makanya kangen ke sini (Kalijodo) buat cari tambahan," ungkap dia. D mengaku motifnya hanya uang.  "Bayarannya gede, bisa buat hidup 2 bulan, siapa yang enggak mau? Tapi sudah lama nih enggak dikasih jajan, ya terpaksa balik ke sini (Kalijodo) lagi," beber D. Dari belasan PSK yang ditemui Media, mereka umumnya mengaku tak menikmati seks sesaat itu. Namun demi kepuasan pelanggan, mereka pun harus berpura-pura.
"Biar cepat aja. Kan kalau desahan itu bikin mereka senang," ujar Y, PSK lainnya.

Aturan Main


Demi mengejar rupiah, para PSK harus berburu dengan waktu saat melayani para pelanggan. Tak sampai 1 jam setiap melayani pria hidung belang. Bisa lebih lama, dengan tambahan bayaran.
"Yang enak itu diajak cerita-cerita dulu. Nanti kalau dia keenakan, lupa waktu, jadinya kan nambah (waktu penyewaan PSK)," kata M, PSK yang baru 3 tahun bekerja di kafe PM.

Pengalaman menyakitkan juga kerap menyertai mereka saat melayani. Mulai dari penggunaan alat kontrasepsi yang menyakitkan, melakukan seks yang tak nyaman, hingga kekerasan saat berhubungan. "Ada yang yang pernah mengigit saya," ujar P, seorang PSK di kafe MM.
Serta ada juga yang memberikan Saya Tips sangat besar karena si Pelanggan mengaku sedang menang taruhan Prediksi Togel dari hasil keluaran nomor togel Mbah Kewod

Kisah-kisah PSK ini bakal segera menjadi kenangan. Pemprov DKI berencana menjadikan tempat-tempat hiburan malam di  Kalijodo rata dengan tanah. Para PSK itu mesti mencari kehidupan lain.

Wednesday, December 6, 2017

Curhatan Pekerja Malam : Rasa Ingin Menjerit Keluar Tetapi Tidak Ada Jalan Keluar

Curhatan Pekerja Malam : Rasa Ingin Menjerit Keluar Tetapi Tidak Ada Jalan Keluar


C.Psk.- Pagi ini, langit Jakarta diselimuti oleh awan mendung. Hujan rintik-rintik juga turun membasahi pohon-pohon dimuka asrama di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya.
Keadaan alam ini seperti sesuai dengan perasaan hati TR (35) , seseorang pekerja malam sebagai penghuni panti. Memanglah, waktu terbangun dari tidurnya, wanita ini segera teringat bakal ke-2 anaknya. Rasa rindu yang membuncah dalam hatinya juga sangat terpaksa mesti dipendamnya.

Sekitar empat bln. akhir-akhir ini, ia tidak sekali lagi dapat memandang muka serta memerhatikan tumbuh kembang sang anak. Dia cuma dapat berkomunikasi lewat telepon sembari memikirkan raut muka mereka. TR yang saat ini tidak sekali lagi mempunyai suami, mesti berjuang seseorang diri untuk menghidupi buah hatinya yang masih tetap di bangku TK serta SD. Jadi anak pertama, dia juga mesti mencari nafkah untuk ibu serta bapaknya di kampung.

" Terkadang bila siangnya telepon sama anak serta keluarga, terasa pingin jerit, pingin keluar tapi tidak ada jalan, " kata TR pada Kompas. com di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya, Jakarta Timur, TR merantau dari Banjarnegara ke Bekasi pada tiga th. saat lalu. Awalnya ia berprofesi jadi pegawai di satu diantara supermarket di Bekasi. Tetapi, dikarenakan pasar swalayan itu alami kebangkrutan, selanjutnya TR juga sangat terpaksa mesti kehilangan pekerjaannya. Waktu itu, ia tidak paham mesti melamar pekerjaan kemana.

" Bingung juga ingin ngelamar kerja kemana. Terlebih ingin jadi tukang bersihkan gosok di rumah orang, bila tidak kenal-kenal banget mereka kan tidak ingin, " katanya.
Sampai satu saat, sambungnya, TR ditawari oleh rekannya untuk bekerja jadi pelayan ditempat hiburan malam. Sang kawan berujar, dianya cuma butuh menuangkan minuman ke gelas-gelas punya tamu.

Ingatannya bakal orangtua serta ke-2 anaknya buat TR tidak fikir panjang. Ia segera terima ajakan itu. Setiap harinya, ia pergi ke kafe dengan menumpang angkutan umum jam 18. 30 WIB serta mesti bekerja hingga jam 03. 00 WIB.
Penuturannya, waktu bekerja penampilannya tidak seronok. Ia kenakan kaus berlengan pendek, rok selutut serta sepatu wedges. " Sulit juga gunakan sepatu wedges gitu. Saya kan tidak umum, " ucapnya.

TR berujar, pendapatannya waktu bekerja jadi pelayan di kafe serta supermarket tidak jauh berlainan. Cuma saja, uang anjuran yang didapatnya kerapkali menjangkau jumlah beberapa ratus ribu.
Ia menjelaskan, sempat dalam semalam memperoleh uang anjuran sekitar Rp 500. 000 dari pelanggannya. Tapi, sempat juga, ia cuma mengantongi uang anjuran sekitar Rp 50. 000.

Razia 

Hingga disuatu malam, lebih kurang jam 00. 00 WIB, beberapa petugas Satpol PP datang serta mengadang beberapa pekerja malam dari beragam bagian kafe. Situasi hati TR masa itu tercampur aduk. Ia bingung mesti lari ke mana serta takut bila berita penangkapan ini hingga ke telinga ke-2 orang tuanya. " Saya saat itu lari ke belakang, ingin ngumpet. Tapi nyatanya tidak dapat pula dikarenakan petugas telah nungguin di pintu, " papar dia. TR dengan sebagian orang yang lain yang terjaring dalam razia juga mesti ikhlas terima kondisi. Saat ini, mereka ditempatkan di Panti Sosial Karya Wanita Mulya Jaya.  Awalnya, TR menangis sepanjang hari serta pernah mogok makan. Pernah juga, ia serta rekan-temannya berusaha untuk kabur. Tetapi, beling-beling serta duri yang tertancap diatas tembok pembatas panti, membuatnya mengurungkan kemauan itu.
" Ya, selanjutnya saya cuman dapat terima serta mungkin saja ini memanglah jalannya. Saya cuman dapat ambillah hikmahnya, " jelasnya.

Kehidupan baru 

Momen ini selanjutnya buat TR kapok serta malas terciduk oleh aparat pemerintah untuk beberapa kalinya. Ia mengharapkan, beragam pelajaran seperti tuntunan mental, fisik sampai ketrampilan olahan pangan yang didapatkannya dapat jadi bekalnya untuk membenahi hidup baru.
" Semoga, sepulang dari sini kan telah miliki bekal juga, saya ingin cobalah buka usaha kecil-kecilan kaya warteg gitu, " papar dia. TR beri tambahan, selesai menekuni kehidupannya di panti, lebih dahulu, ia bakal kembali pada kampung halamannya. Dia pingin melepas rindu pada orangtua serta ke-2 buah hatinya